Halaman

Jumat, 10 Agustus 2012

BUDI UTOMO

Budi Utomo


Akibat politik etis mengandung usaha-usaha untuk memajukan pengajaran, pada dekade abad ke-20 terdapat kekurangan dana belajar bagi anak-anak Indonesia. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk menghimpun dana. Pada tahun 1906-1907 dilakukan propaganda keliling pulau Jawa. Ide Dr. Wahidin Sudirohusodo itu diterima dan dikembangkan oleh Sutomo, seorang mahasiswa School Tot Opleiding Van Indische Arsten (STOVIA). Akhirnya Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan Budi Utomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908.
Perkembangan Organisasi BU
BU memperkenalkan corak baru yaitu kesadaran lokal yang diformulasikan dalam organisasi modern. Organisasi  ini mempunyai ideologi dan kepemimpinan yang jelas. Bermacam reaksi atas kelahiran BU. Ada yang menganggap sebagai renaissance  atau kebangkitan budaya Indonesia.
Kelompok priyayi mapan menolak kehadiran BU dan bersama para bupati membentuk perkumpulan Regent Bond, Setia Mulia (1908) di Semarang. Perkumpulan tandingan ini dibentuk untuk mencegah cita-cita BU yang dianggap mengganggu stabilitas kedudukan sosial priyayi mapan. Bupati yang sangat mendukung BU adalah Tirto Kusumo dari Karang Anyar.
Pancaran etnonasionalisasi BU semakin bertambah besar. Ini dibuktikan dengan diadakannya Kongres BU pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Setelah kongres, terjadi perubahan orientasi. Semula hanya terbatas pada kalangan priyayi. Setelah muncul edaran yang dimuat pada Bataviasch Nieuwblad tanggal 23 Juli 1908, BU cabang Jakarta mulai menekankan bagaimana cara memperbaiki kehidupan rakyat.
Perjuangan BU
Prinsip perjuangan BU :
1.    Prinsip golongan muda : menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintahan kolonial.
2.    Prinsip golongan tua : menempuh perjuangan dengan cara lama sosio-kultural.
Prinsip golongan muda berhasil mengimbangi politik pemerintah. Kemudian orientasi politik semakin menonjol dan kalangan pemuda mendirikan Sarekat Islam (SI) dan Indische Partij (IP).
Kelompok tua tetap meneruskan cita-cita BU dengan disesuaikan perkembangan politik. Pada Perang Dunia I, BU turut memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan luar. BU menganjurkan pembentukan milisi dalam Komite Pertahanan Hindia (Comite Indie Weebar).
Pada akhir perang, wakil-wakil BU banyak yang duduk di Volksraad 1918 dalam jumlah yang cukup banyak, karena pemerintah Hindia Belanda menganggap BU moderat. Tekanan pemerintah kolonial pada pergerakan nasional menyebabkan BU kehilangan wibawa. Kelompok moderat dan radikal di BU pecah.
Pada tahun 1935, BU bergabung dengan organisasi lain dan menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). BU telah mewakili aspirasi politik pertama dari rakyat Jawa ke arah kebangkitan dan juga aspirasi rakyat Indonesia. BU juga merupakan organisasi nasional pertama di Indonesia dan berumur terpanjang sampai proklamasi kemerdekaan.
Kelahiran BU menampilkan fase pertama nasionalisme Indonesia. Fase ini menunjukkan pada etnonasionalisasi dan proses penyaluran diri identitas bangsa Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar